Oleh: K.H MUJIB KHUDORI
Ketua DPP Ikhwanul Muballighin
Ikhwanul Muballighin adalah organisasi para muballigh yang ada untuk Umat dan Negara Republik Indonesia, bukan kumpulan dai walakedu
(ju[w]al agama kejar duit) dan diharapkan dapat
menjadi pedoman para dai atau mubaligh nya dalam menjalankan dakwahnya
sehingga mereka dapat mewarisi tugas para nabi, bukan justru mendapat
laknat dari Allah SWT dalam berdakwah.
Sekurang-kurangnya, ada tujuh kode etik dakwah.
Kode etik pertama,
tidak memisahkan antara perbuatan dan ucapan. Kode ini diambil dari
Alquran surah al-Shaff ayat 2-3. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa
kalian menga takan hal-hal yang kalian tidak melakukannya? Amat besar
murka di sisi Allah SWT karena kalian mengatakan hal-hal yang tidak
kalian kerjakan.” Kode pertama ini juga diambil dari perilaku Rasulullah
SAW di mana secara umum beliau tidak memerintahkan sesuatu, kecuali
beliau melakukannya.
Kode etik kedua, tidak melakukan toleransi agama. Toleransi antarumat
beragama memang sangat dianjurkan sebatas tidak menyangkut masalah
akidah dan ibadah.
Dalam masalah keduniaan (muamalah), Islam sangat menganjurkan adanya
toleransi. Bahkan, Nabi SAW banyak memberikan contoh tentang hal itu,
sementara toleransi dalam akidah dan iba dah dilarang dalam Islam.
Hal itu berdasarkan firman Allah SWT dalam surah al-Kafirun ayat 6,
“Ba gi kamu agama kamu dan bagiku agamaku.” Dalam Hadis Riwayat Imam ibn
Hisyam juga disebutkan, “Orang-orang Yahudi Kabilah Bani Auf adalah
satu bangsa bersama orang-orang mukmin, bagi orang-orang Yahudi agama
mereka dan bagi orang-orang mukmin agama mereka.”
Kode etik ketiga,
tidak mencerca sesembahan agama lain. Ini diambil dari surah al-An’am
ayat 108. “Dan, janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka
sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.”
Kode etik keempat, tidak melakukan
diskriminasi. Ketika Nabi SAW masih berada di Makkah dan mengajarkan
Islam kepada orang-orang miskin, antara lain, Bilal al-Habsyi, Shuhaib
al-Rumi, Salman al-Farisi, dan lain-lain, tibati ba datang kepada Nabi
SAW sejumlah tokoh bangsawan Quraisy yang juga hendak belajar Islam dari
beliau.
Namun, bangsawan Quraisy ini tidak mau berdampingan dengan rakyat kecil.
Mereka minta kepada Nabi SAW untuk mengusir Bilal dan kawan-kawannya
itu. Nabi kemudian menyetujui permintaan tersebut, namun Allah menurunkan ayat yang mengkritik peri laku Nabi itu, yaitu surah al-An’am
ayat 52.
“Dan, janganlah kamu mengusir orang-orang yang selalu menyembah
Tuhannya pada pagi hari dan petang sedangkan mereka menghendaki
keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap
perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun
terhadap perbuatan kamu yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka
sehingga kamu termasuk orang-orang zalim.”
Kode etik kelima, tidak
memungut imbalan. Kode ini diambil antara lain dari Alquran surah Saba’
ayat 47. “Katakanlah, upah apa pun yang aku minta kepadamu maka hal itu
untuk kamu (karena aku pun tidak minta upah apa pun kepadamu). Upahku
hanya dari Allah. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Demikian pula
perilaku para Nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, mereka
tidak pernah me mungut imbalan, apalagi pasang tarif, tawar-menawar, dan
lain sebagainya.
Kode etik keenam, tidak mengawani pelaku maksiat. Para dai yang
runtang-runtung, gandeng renceng dengan pelaku maksiat, mereka menjadi
tidak mampu untuk melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Akhirnya,
justru Allah SWT melaknat mereka semua. Hal itulah yang telah terjadi
atas kaum Bani Israil seperti diceritakan dalam surah alMaidah ayat
78-79.
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud
dan ‘Isa bin Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui
batas.
Mereka satu sama lain tidak melarang perbuatan mungkar yang mereka
lakukan. Sesungguhnya, sangatlah buruk apa yang mereka lakukan itu.”
Dan, kode etik ketujuh, tidak me nyampaikan hal-hal yang tidak
diketahui. Kode etik ini diambil dari surah al-Isra ayat 36. “Dan,
janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui.
Karena, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu
akan di mintai pertanggungjawabannya.”
Wallahul muwaffiq
Mantab,,,,,, sy kira ikhwanul muslimin yangg begitu itu....
BalasHapusPure Titanium Earrings: A Perfect Size For Tastebuds
BalasHapusPure titanium titanium cross necklace earrings titanium knee replacement are a perfect size for titanium max trimmer your T-Shirts. Buy quality price of titanium jewelry from our premium-grade supplier, silicone dab rig with titanium nail Pure titanium earrings.